Maket. Bagi yang berkecimpung di dunia desainer terutama arsitek tentunya sudah familier dengan kata satu ini.
Maket seperti judul di atas merupakan penyambung lidah dari desainer. Maket dapat berbicara seribu kata, sementara dalam waktu yang sama si arsitek baru berbicara satu kalimat saja.. (wow).
Keunggulan maket adalah daya interaktifnya. Pengamat dapat dengan mudah menggerakkan badannya untuk melihat angle yang berbeda dalam mengamati. Bila ia ingin mengamati sisi depan, maka bergeraklah ia ke depan. Bila ia ingin melihat bagian dalam, maka bergeraklah dia ke bagian dalam. Nginceng. Begitu istilahnya. Sistem interaktif maket pada dasarnya mengalahkan program 3D. Karena pengamat dapat dengan leluasa memilih bagian mana yang hendak ia lihat. Berbeda dengan program 3D yang membutuhkan operator sebagai bantuan. Berbeda pula dengan animasi 3D (film) yang view dan angle cameranya sudah di set oleh sang sutradara. (non-interaktif).
Pada prinsipnya maket dibagi menjadi 2. Maket studi, dan maket penyajian.
Maket studi dibuat ketika seorang desainer sedang mencari bentukan. Si desainer belum tahu bentukan bangunan final nanti seperti apa. Melalu maket studi, ia mencoba, mencoba dan mencoba lagi. Tujuannya hanya satu. Mendapatkan bentukan yang baik tanpa mengurangi kualitas penataan ruang di dalamnya. Bahasa maduranya “Trial and Error” alias coba-coba. Buat bentukan kotak, kok jelek ya? dipotong sedikit jadi segitiga. Lalu ditambahkan jendela kecil-kecil. Lho kurang match ya? Jendelanya dibesarkan lagi. Begitu seterusnya..
Foto-foto di atas adalah maket studi yang biasanya kami buat di kantor kami. Bahannya tidak mahal. Cuma karton biasa.
Mungkin lalu timbul pertanyaan di benak anda. Sekarang ini sudah jaman canggih. 3D sudah maju pesat. Lho kok kantor saya masih ‘jadul’ pakai jurus gunting dan lem?
Entah saya yang ‘old fashioned’ atau bagaimana.. Menurut saya, dalam desain bangunan yang kompleks (tidak sederhana), dimana kompleksitas desain sedemikian tinggi, saya wajib membuat maket studi…
Hal yang tidak tergantikan dari maket studi adalah “sense of space“nya sangat terasa. Skala manusia, skala mobil, skala megah… semuanya begitu terasa. Feel ini sangat dibutuhkan dalam membayangkan bangunan yang di desain. 3D komputer memang dapat melakukan hal serupa. Tapi karena tampilannya tetap 2D di layar monitor tetaplah merupakan kendala tersendiri.. Hal demikian yang menyebabkan kantor kami masih membuat “prakarya” hingga dewasa kini.
Pernah beberapa kali saya mengadakan rapat lintas tim. Tim Arsitektur, Tim Struktur, Tim Mekanikal Elektrikal saya kumpulkan untuk koordinasi rutin. Hal yang tidak saya sangka adalah rapat tersebut dapat membahas masalah hingga tuntas hanya dengan menghadapi maket!
Tinggal tunjuk posisi yang ingin diceritakan, lalu dikupas tuntas. Semua mengerti, tak ada detail yang tertinggal. Menceritakan air hujan, Tim Mekanikal tinggal bercerita sambil menunjukkan tangannya ke arah atap, tiang kolom yang dimaksud dan berbagai posisi lainnya. Tim Struktur mendapatkan gambaran desain secara global. Secara makro mereka sudah dapat memetakan titik-titik tertentu yang butuh perhatian khusus, terutama jarak yang mempunyai bentang lebar.
Hingga rapat tersebut selesai, LCD proyektor beserta laptop yang telah saya sediakan sama sekali tidak terpakai. Para tim yang hadir lebih menyukai membahas permasalahan mereka dengan menggunakan maket daripada LCD proyektor.
Pada hari itu, saya belajar banyak mengenai kegunaan maket dalam koordinasi antar tim.
MAKET JADI aka MAKET PEYAJIAN
Bila kita beranjak satu tingkat lebih tinggi, maka kita akan menjumpai MAKET FINAL.
Hanya sedikit orang yang berkecimpung dalam bidang ini. Selain sulit, mereka yang mengejakan setidaknya harus mempunyai background arsitektur. Mereka harus bisa membaca dan membuka file CAD. Harus mempunyai ketelatenan tinggi, kesabaran extra dan kuat lemburan!
Bisa dikatakan orang yang membuat maket penyajian adalah bentuk lain dari seniman. Seniman miniatur.
Saya sendiri bukanlah seorang seniman maket. Sampai saat ini, saya masih sering terpesona oleh rekan-rekan di bidang ini. Ketelatenan mereka, kerapian pekerjaan mereka, kesabaran mereka, dan kekuatan mereka untuk tidak tidur!
Bayangkan membuat sesuai dalam ukuran kecil. Untuk merekatkan saja harus pakai bantuan pinset. Tidak bisa pakai tangan karena terlalu besar. Lem biasanya dimasukkan ke dalam jarum suntik agar tidak jembret ketika bekerja.
Kemarin ketika koordinasi seputar pekerjaan yang kantor kami terima, salah satu dari tim maket kembali membuat saya bengong. (terpesona). Tiang-tiang bangunan yang kami desain bermotif ukir, dibuat oleh mereka! dan hasilnya sama persis. Wow.
Di bawah ini saya coba urutkan gambar mulai dari maket studi, tiga dimensi rencana hingga maket jadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar