Sustainable Urban Development Competition - Peserta
Pemberi Tugas: Departemen Pekerjaan Umum, IAI
Lokasi: Bantaran Tukad Badung
Luas Lahan: 1 Ha (percontohan)
Pekerjaan: Arsitektur & Lansekap
Tahun: 2009
Latar belakang
isu tentang bantaran sungai merupakan sebuah permasalahan pelik yang dihadapi kota-kota besar. Seiring dengan pembangunan kota, seringkali bantaran sungai menjadi daerah yang terpinggirkan, disorganisasi permukiman menjebak masyarakat pada kesemrawutan hidup.
Ruang-ruang antar permukiman yang sempit tidak memungkinkan suatu komunitas untuk berkembang, sedangkan ruang-ruang “sisa” yang ada terbentur oleh dimensi-dimensi dan infrastruktur.
Dibutuhkan sebuah desain yang selain mampu mewadahi aktifitas juga mampu menjadi sebuah generator kawasan/lingkungan.
Urban issues
- Makro
Bali merupakan sebuah daerah yang mengedepankan pariwisata namun kondisi bantaran sungainya selalu kalah prioritas dengan pantai.
- Mikro
Bantaran sungai cenderung menjadi ‘slump’ area yang kemudian menjadi daerah kedua / yg terpinggirkan. Rendahnya kesadaran akan peran penting sungai juga menjadi poin sentral dalam permasalahan yang kompleks pada bantaran. Infrastruktur kebersihan membuat penduduk sekitar mengotori sungai walaupun sebenarnya bisa diakali jika terdapat kesadaran yang tinggi pada masyarakat.
Partisipatorik approach
Dengan melibatkan partisipasi aktif masyarakat sekitar sehingga menumbuhkan sense of belonging pada daerah bantaran. Pada tahap selanjutnya diharapkan masyarakat memelihara objek rancangan sehingga akan terus tumbuh dan berkembang sesuai kebutuhan.
Site terpilih
Bantaran sungai/tukad badung di JL.Taman Pancing Kepaon, Desa Pemogan Kec. Denpasar Selatan.
Karakteristik:
- kondisi bantaran didominasi oleh perkerasan dan grass blok yg tidak terawat serta kurang vegetasi peneduh sehingga menimbulkan ketidaknyaman visual bagi masyarakat sekitar dan para pengguna jalan
- bantaran sebagai open space bagi masyarakat sekitar yang sebagian besar merupakan masyarakat menengah ke bawah
- keragaman latarbelakang masyarakat yang tinggal di bantaran sungai memberikan sebuah karakter budaya dan kehidupan sosial masyarakat dengan masing-masing aktifitasnya
Sungai / Tukad Badung merupakan sungai yg membelah kota denpasar dengan kondisi eksisting di pusat kota yang sangat tercemar. Dilain pihak di daerah pinggiran kota sudah mulai padat. Bantaran sebagai tempat aktifitas masyarakat perlu kehadiran ruang publik yang berkualitas.
“Optimalisasi bantaran sungai sebagai ruang publik yang berkualitas”
Ide
perpaduan akan kebutuhan warga dengan aktifitasnya, kearifan lokal dengan akulturasi budaya asli dan pendatang, sustainable design dengan penggunaan material daur ulang (reuse,reduce,recycle) melebur kedalam sebuah tema desain Tukad Badung Green Riverside.
Konsep desain
Desain mencoba menaungi dan memaksimalkan ketiga aspek yang ditekankan. Menaungi berbagai kegiatan, akulturasi dengan melakukan pendekatan yang lebih environmental friendly. Banyaknya item yang perlu “dipayungi” menghasilkan titik-titik wadah yang dibutuhkan.
Desain terbentuk oleh spot-spot yang mewadahi aktifitas yang didesain dengan keterlibatan warga sekitar bantaran. Spot-spot tersebut terbagi menjadi:
- pedestrian
- jogging track
- garden plaza
- wantilan
- play ground
Tukad Badung green riverside mampu menjadi sebuah generator kawasan. Desain ini merupakan sebuah percontohan yang dapat diaplikasikan pada bantaran lainnya baik sepanjang Tukad Badung maupun pada bantaran sungai di daerah lain. Pola dan karakter dapat beragam sesuai dengan kearifan lokal daerah setempat.
30/06/10
Sayembara Taman Awi Panglipuran
Sayembara Taman Awi Panglipuran - Juara 1
Pemberi Tugas: Kota Baru Parahyangan dan Green Design Community - Majalah Asri
Lokasi: Bandung - Jawa Barat
Luas Lahan: 3,26 Ha
Pekerjaan: Lansekap
Tahun: 2009
Latar Belakang
Sudah sejak lama alam dan budaya sunda dikenal oleh masyarakat Indonesia.Keterpaduan alam dan budaya merupakan cerminan lingkungan pedesaan sebagai warisan dan kearifan lokal masyarakat sunda. Masyarakat sunda sangat menghargai alam dan memahami potensi alam. Oleh sebab itu didalam membangun lingkungan binaannya selalu selaras dengan alam.
Kota Baru Parahyangan sebagai salah satu kawasan yang dikembangkan untuk perumahan sangat memperhatikan lingkungan alam dimana perumahan tersebut dibangun. Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas lingkungan perumahan adalah prakarsa untuk membangun ”Bale Pare Nature Park” seluas 15,66 ha. Area ini berfungsi sebagai daerah konservasi, pendidikan maupun rekreasi warga.
Alam parahyangan sangat terkenal dengan kekayaan alam (keanekaragaman flora) terutama berbagai jenis/species tanaman bambu. Oleh karena itu sebagian area akan dikembangkan sebagai Taman Bambu atau Taman Awi (Bamboo Park) seluas 3,25 ha. Untuk mendapatkan disain yang berkualitas, maka area Taman Bambu atau Taman Awi (”Bamboo Park Resort”) tersebut akan disayembarakan.Abstraksi
Kebutuhan akan area terbuka hijau dan konservasi lingkungan melatar belakangi perubahan era lingkungan terbangun di Indonesia, perubahan menuju lingkungan yang lebih bersahabat. Taman awi panglipuran merupakan salah satu kesempatan untuk menguatkan perubahan yang lebih baik bagi alam, budaya dan manusia.
Bambu merupakan elemen alam maupun budaya yang identik dengan kehidupan masyarakat sunda sekaligus sebagai sarana untuk menciptakan lingkungan yang lebih baik. Konservasi bambu mampu menghadirkan sebuah solusi yang menarik dengan menawarkan sebuah suasana pedesaan bambu sekaligus konservasi lingkungan sebagai sebuah desain keberpihakan kita terhadap lingkungan.
Desain diejawantahkan sebagai Bamboo sequence, yaitu menghadirkan pengalaman ruang yang berbeda, terbagi menjadi beberapa bagian (framing sequences) untuk membentuk sebuah imaji ruang secara keseluruhan.
ide
“cerita merupakan esensi yang vital dalam desain, disini kami mencoba bercerita mengenai sudut pandang kami dalam desain taman bambu”..cerita terdiri dari halaman-halaman yang membentuk suatu karakter didalamnya, Taman bambu didefinisikan sebagai cerita yang terbentuk dari karakter-kartakter berbeda yang kami tuangkan dalam beberapa frame.Taman Bambu kami tuangkan kedalam 4 bab cerita
-Bamboo Forest
-Bamboo in Open Space
-Bamboo in Architecture
-Bamboo Handicraft
Lokasi: Bandung - Jawa Barat
Luas Lahan: 3,26 Ha
Pekerjaan: Lansekap
Tahun: 2009
Latar Belakang
Sudah sejak lama alam dan budaya sunda dikenal oleh masyarakat Indonesia.Keterpaduan alam dan budaya merupakan cerminan lingkungan pedesaan sebagai warisan dan kearifan lokal masyarakat sunda. Masyarakat sunda sangat menghargai alam dan memahami potensi alam. Oleh sebab itu didalam membangun lingkungan binaannya selalu selaras dengan alam.
Kota Baru Parahyangan sebagai salah satu kawasan yang dikembangkan untuk perumahan sangat memperhatikan lingkungan alam dimana perumahan tersebut dibangun. Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas lingkungan perumahan adalah prakarsa untuk membangun ”Bale Pare Nature Park” seluas 15,66 ha. Area ini berfungsi sebagai daerah konservasi, pendidikan maupun rekreasi warga.
Alam parahyangan sangat terkenal dengan kekayaan alam (keanekaragaman flora) terutama berbagai jenis/species tanaman bambu. Oleh karena itu sebagian area akan dikembangkan sebagai Taman Bambu atau Taman Awi (Bamboo Park) seluas 3,25 ha. Untuk mendapatkan disain yang berkualitas, maka area Taman Bambu atau Taman Awi (”Bamboo Park Resort”) tersebut akan disayembarakan.Abstraksi
Kebutuhan akan area terbuka hijau dan konservasi lingkungan melatar belakangi perubahan era lingkungan terbangun di Indonesia, perubahan menuju lingkungan yang lebih bersahabat. Taman awi panglipuran merupakan salah satu kesempatan untuk menguatkan perubahan yang lebih baik bagi alam, budaya dan manusia.
Bambu merupakan elemen alam maupun budaya yang identik dengan kehidupan masyarakat sunda sekaligus sebagai sarana untuk menciptakan lingkungan yang lebih baik. Konservasi bambu mampu menghadirkan sebuah solusi yang menarik dengan menawarkan sebuah suasana pedesaan bambu sekaligus konservasi lingkungan sebagai sebuah desain keberpihakan kita terhadap lingkungan.
Desain diejawantahkan sebagai Bamboo sequence, yaitu menghadirkan pengalaman ruang yang berbeda, terbagi menjadi beberapa bagian (framing sequences) untuk membentuk sebuah imaji ruang secara keseluruhan.
ide
“cerita merupakan esensi yang vital dalam desain, disini kami mencoba bercerita mengenai sudut pandang kami dalam desain taman bambu”..cerita terdiri dari halaman-halaman yang membentuk suatu karakter didalamnya, Taman bambu didefinisikan sebagai cerita yang terbentuk dari karakter-kartakter berbeda yang kami tuangkan dalam beberapa frame.Taman Bambu kami tuangkan kedalam 4 bab cerita
-Bamboo Forest
-Bamboo in Open Space
-Bamboo in Architecture
-Bamboo Handicraft
24/03/10
Ada banyak jalan dalam memulai studio, ada yang mulai dengan menawarkan jasa dari "pintu ke pintu", desain rumah-rumah saudara/relasi, ada juga yang memulai dengan sayembara, nah kami memulai dengan sayembara.
Idealisme kami dipertemukan di suatu judul sayembara, awalnya hanya sebuah pelemparan wacana yang "lucu" untuk sebagian orang, namun bagi kami itu sebuah dunia baru yang sebagian dari kami belum pernah menyentuhnya. Dengan berlatar iseng-iseng berhadiah kami pun mengikuti salah satu sayembara yang di selenggarakan sebuah kota mandiri di bandung dan salah satu majalah terkemuka di indonesia. Iseng-iseng itu berakhir manis, kami menang.. well, some might say it's just a beginner luck..
Beranjak dari titik tolak tersebut kami coba untuk mengikuti sayembara-sayembara yang lain, ada yang berhasil ada juga yang tidak, seperti sebuah tepukan santun yang menyadarkan kami betapa luasnya dunia kompetisi.
bagi kami sayembara menawarkan dunia idealisme yang luas, suatu barometer kemampuan, suatu pelarian menyenangkan yang berdasar pada subyektifitas. Menjadi suatu wadah yang menampung cara pandang kami terhadap arsitektur, lansekap, negara, dunia bahkan alam semesta.
Di dunia sayembara kita berkompetisi dengan siapapun, bahkan starchitect sekalipun. Sebuah interaksi tidak langsung antara level kacang seperti kami dengan level bintang seperti para desainer yang sudah punya karya-karya yang membanggakan.
Kami masih muda, masih belajar, masih terus melihat ke atas, jadi kami masih senang berkompetisi.. semoga akan seperti itu seterusnya..
let's compete...
Idealisme kami dipertemukan di suatu judul sayembara, awalnya hanya sebuah pelemparan wacana yang "lucu" untuk sebagian orang, namun bagi kami itu sebuah dunia baru yang sebagian dari kami belum pernah menyentuhnya. Dengan berlatar iseng-iseng berhadiah kami pun mengikuti salah satu sayembara yang di selenggarakan sebuah kota mandiri di bandung dan salah satu majalah terkemuka di indonesia. Iseng-iseng itu berakhir manis, kami menang.. well, some might say it's just a beginner luck..
Beranjak dari titik tolak tersebut kami coba untuk mengikuti sayembara-sayembara yang lain, ada yang berhasil ada juga yang tidak, seperti sebuah tepukan santun yang menyadarkan kami betapa luasnya dunia kompetisi.
bagi kami sayembara menawarkan dunia idealisme yang luas, suatu barometer kemampuan, suatu pelarian menyenangkan yang berdasar pada subyektifitas. Menjadi suatu wadah yang menampung cara pandang kami terhadap arsitektur, lansekap, negara, dunia bahkan alam semesta.
Di dunia sayembara kita berkompetisi dengan siapapun, bahkan starchitect sekalipun. Sebuah interaksi tidak langsung antara level kacang seperti kami dengan level bintang seperti para desainer yang sudah punya karya-karya yang membanggakan.
Kami masih muda, masih belajar, masih terus melihat ke atas, jadi kami masih senang berkompetisi.. semoga akan seperti itu seterusnya..
let's compete...
17/03/10
ini merupakan sebuah permulaan, sebuah titik yang belum terlihat dari kejauhan, suatu goresan pensil yang belum berarti apa-apa.. namun titik ini akan terlihat disuatu hari nanti, goresan ini akan terlihat bentuknya yang indah pada suatu saat nanti... kami mulai dulu dari mimpi, mulai dulu dari idealisme yang besar...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar