Laman

Rabu, 25 Mei 2011

Beberapa arsitek indonesia banyak memperdebatkan masalah untuk mengangkat arsitektur lokal dengan berbagai topik seperti arsitektur vernakular, arsitektur tradisional, arsitektur nusantara, arsitektur Indonesia dan masih banyak topik lain. Arsitektur vernakular adalah sumber daya setempat yang dibangun dengan teknologi sederhana untuk memenuhi kebutuhan khusus yang mengakomodasi nilai ekonomi dan tatanan budaya masyarakat setempat.
Arsitektur tradisional adalah karya dari pewarisan/penerusan norma-norma adat istiadat atau pewarisan budaya yang turun temurun dari generasi ke generasi. Arsitektur nusantara berasal dari istilah nusantara yang mengambil sumber dari sumpah Palapa Mahapatih Gajah Mada dengan arti gugusan pulau-pulau kecil/sedang yang terletak di antara dua benua dan dua samudera. Arsitektur Indonesia berhubungan dengan eksistensi politis sebuah negara.

Arsitektur tradisional di Timor Timur sebelum tahun 1999 teridentifikasi sebagai obyek arsitektur Indonesia. Namun sekarang sudah bukan lagi karena sejak tahun 1999 Timor Timur ingin berdiri sendiri menjadi negara kecil Timor Leste dan lepas dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Saya lebih cenderung menggunakan potensi arsitektur nusantara karena membicarakan masalah yang senasib dengan masyarakat yang tinggal dalam wilayah geografis yang serupa, bukan karena paksaan meneruskan tradisi, mempertahankan keaslian atau memperkuat kekuasaan negara.
Istilah Nusantara dari Sumpah palapa sebenarnya berbeda dengan pengertian pada saat ini, sumpah tersebut berbunyi : “Lamun huwus kalah nusantara, isun amukti palapa” (Jika telah kalah pulau-pulau seberang, barulah saya menikmati istirahat). Jadi Nusantara = pulau-pulau seberang / di luar pulau dari Kerajaan Majapahit, dan Palapa = istirahat / Pensiun. Tahun 1920-an Dr. Setiabudi mendistorsikan arti dari istilah nusantara demi persatuan bangsa, yaitu gugusan pulau antara dua benua dan samudra. Jika istilah tersebut boleh didistorsikan untuk sebuah kepentingan, maka saya juga memiliki arti tersendiri bagi istilah nusantara demi kepentingan kejelasan arsitektural :

Setiap detik bumi berkomunikasi dengan matahari dengan memaparkan bagian-bagian yang berbeda dari permukaannya. Komunikasi paling intensif terjadi pada wilayah di antara garis kathulistiwa, yang terjauh adalah wilayah kutub. Wilayah kutub hanya sedikit jumlah makhluk hidupnya, maka berbahagialah makhluk hidup yang ada di antara kathulistiwa. Kondisi geografis wilayah di antara kathulistiwa berbagai macam, ada yang berupa laut, ada yang berupa pulau besar dan ada yang berupa pulau kecil/sedang. Gugusan pulau yang terdapat di antara garis kathulistiwa itulah yang saya sebut sebagai NUSANTARA

Proses rancang arsitektur nusantara dilandasi oleh pemikiran rasional dan spiritual. Masyarakat menghargai arsitek nusantara sebagai tokoh yang menempa diri untuk memperdalam ilmu rancang bangun dan memperkayanya dengan pengalaman spiritual. Arsitek nusantara adalah orang yang menghargai karya dan keahlian rekan sesama arsitek serta karya-karya terdahulu dari leluhurnya dengan melakukan evolusi (>

gambar-1.jpg
Detail ‘Bahu Danyang’ di Kotagede, aspek simbolik sebagai bahu dari ‘danyang’ (jin penjaga) lebih utama daripada aspek teknis efektifitas penyaluran gaya untuk skoor/konsol dalam sistem struktur.

Merancang dengan potensi arsitektur nusantara berarti mencari karakteristik arsitektur dari sebuah wilayah geografis pulau-pulau yang tidak terbatasi oleh luasnya wilayah satu negara. Bahkan kegiatan tersebut membawa visi bagi terciptanya kerja sama yang baik antara berbagai negara dalam bidang arsitektur. Menetapkan arsitektur nusantara sebagai sesuatu yang sulit dan berbeda dengan arsitektur masa kini akan membuatnya semakin ditinggalkan oleh generasi muda arsitek nusantara sendiri. Baik asli maupun paduan, baik diterapkan dalam aspek rinupa maupun tanrinupa, karya arsitektur masa kini yang sudah berusaha dirancang dengan penggalian adat dan budaya nusantara pantas disebut sebagai arsitektur nusantara. Pada akhirnya tetap diperlukan penilaian tentag arsitektur nusantara yang lebih berkualitas atau tidak. Penyetaraan dengan arsitektur Western hanya perlu dilakukan pada aspek artifisial yang merupakan kegiatan akhir perancangan, sedang aspek esensial perancangan arsitektur nusantara adalah hasil eksplorasi dari potensi yang ada di bumi nusantara sendiri.


 

Arsitektur adalah seni dan ilmu dalam merancang bangunan. Dalam artian yang lebih luas, arsitektur mencakup merancang dan membangun keseluruhan lingkungan binaan, mulai dari level makro yaitu perencanaan kota, perancangan perkotaan, arsitektur lansekap, hingga ke level mikro yaitu desain bangunan, desain perabot dan desain produk. Arsitektur juga merujuk kepada hasil-hasil proses perancangan tersebut.
Menurut Vitruvius di dalam bukunya De Architectura (yang merupakan sumber tertulis paling tua yang masih ada hingga sekarang), bangunan yang baik haruslah memilik Keindahan / Estetika (Venustas), Kekuatan (Firmitas), dan Kegunaan / Fungsi (Utilitas); arsitektur dapat dikatakan sebagai keseimbangan dan koordinasi antara ketiga unsur tersebut, dan tidak ada satu unsur yang melebihi unsur lainnya. Dalam definisi modern, arsitektur harus mencakup pertimbangan fungsi, estetika, dan psikologis. Namun, dapat dikatakan pula bahwa unsur fungsi itu sendiri di dalamnya sudah mencakup baik unsur estetika maupun psikologis.
Arsitektur adalah bidang multi-dispilin, termasuk di dalamnya adalah matematika, sains, seni, teknologi, humaniora, politik, sejarah, filsafat, dan sebagainya. Mengutip Vitruvius, "Arsitektur adalah ilmu yang timbul dari ilmu-ilmu lainnya, dan dilengkapi dengan proses belajar: dibantu dengan penilaian terhadap karya tersebut sebagai karya seni". Ia pun menambahkan bahwa seorang arsitek harus fasih di dalam bidang musik, astronomi, dsb. Filsafat adalah salah satu yang utama di dalam pendekatan arsitektur. Rasionalisme, empirisisme, fenomenologi strukturalisme, post-strukturalisme, dan dekonstruktivisme adalah beberapa arahan dari filsafat yang memengaruhi arsitektu


Tidak ada komentar:

Posting Komentar